Posted by: p4mristkippgrisda | April 20, 2011

WAWANCARA, PORTOFOLIO, WALKTHROUGH

WAWANCARA, PORTOFOLIO, WALKTHROUGH

Oleh: Lestariningsih

WAWANCARA (INTERVIEW)

Definisi:

  1. 1.      Menurut Charles Stewart dan W.B. Cash

Wawancara adalah sebuah proses komunikasi berpasangan dengan suatu tujuan yang serius dan telah ditetapkan sebelumnya yang dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya jawab.

  1. 2.      Menurut Robert Kahn dan Channel

Wawancara adalah suatu pola yang dikhususkan dari interaksi verbal-diprakarsai untuk suatu tujuan tertentu, dan difokuskan pada sejumlah bidang kandungan tertentu, dengan proses eliminasi materi yang tak ada kaitannya secara berkelanjutan.

  1. 3.       Menurut Koentjaraningrat

Wawancara adalah suatu cara yang digunakan untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan dan pendirian secara lisan dari seorang responden, dengan bercakap-cakap berhadapan muka.

  1. 4.      Menurut Daphne M. Keats

Wawancara adalah situasi yang dikontrol, dimana satu orang pewawancara mengajukan serangkaian pertanyaan kepada orang lain untuk mendapatkan respon.

  1. 5.      Menurut Denzig

Wawancara adalah suatu percakapan terpimpin dan tercatat atau suatu percakapan secara  tatap muka dimana seseorang mendapat informasi dari orang lain.

  1. 6.      Menurut Lexy J. Moleong

Wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (yang mengajukan pertanyaan) dan terwawancara (yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu).

Kelebihan wawancara:

  1. Wawancara memberikan kesempatan kepada pewawancara untuk memotivasi orang yang diwawancarai untuk menjawab dengan bebas dan terbuka terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.
  2. Memungkinkan pewawancara untuk mengembangkan pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan situasi yang berkembang.
  3. Pewawancara dapat menilai kebenaran jawaban yang diberikan dari gerak-gerik dan raut wajah orang yang diwawancarai.
  4. Pewawancara dapat menanyakan kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu terjadi.

Kekurangan wawancara:

  1. Proses wawancara membutuhkan waktu yang lama, sehingga secara relatif mahal dibandingkan dengan teknik yang lainnya.
  2. Keberhasilan hasil wawancara sangat tergantung dari kepandaian pewawancara untuk melakukan hubungan antar manusia.
  3. Wawancara tidak selalu tepat untuk kondisi-kondisi tempat yang tertentu, misalnya dilokasi yang ribut dan ramai.
  4. Wawancara sangat mengganggu kerja dari orang yang diwawancarai bila waktu yang dimilikinya sangat terbatas.

Tujuan wawancara

Ada berbagai tujuan yang dapat dicapai dalam wawancara yaitu:

  1. Menciptakan hubungan yang baik diantara dua pihak yang terlibat (subjek wawancara dan pewawancara).
  2. Meredakan ketegangan yang terdapat dalam subyek wawancara.
  3. Menyediakan informasi yang dibutuhkan.
  4. Mendorong ke arah pemahaman diri pada pihak subyek wawancara
  5. Mendorong ke arah penyusunan kegiatan yang konstruktif pada subyek wawancara.

Macam-macam wawancara:

Menurut tujuannya, wawancara dapat dibedakan menjadi:

  1. 1.      The employment interview, yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan gambaran sampai mana sifat-sifat yang dipunyai oleh seseorang terhadap kriteria yang diminta oleh suatu employment.
  2. Informational interview,yaitu wawancara yang ditujukan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.
  3. Administrative interview, yaitu wawancara yang dijalankan untuk keperluan administrasi, misalnya untuk kesejahteraan organisasi, untuk mendapatkan perubahan-perubahan di dalam tindakannya (change in behavior)
  4. Counceling interview, yaitu wawancara yang dijalankan untuk keperluan konseling. Wawancara ini khas dipergunakan dalam proses konseling.

Menurut jumlah orang yang diwawancara, wawancara dapat dibedakan menjadi:

  1. Wawancara perorangan (individu), yaitu wawancara yang dilakukan secara perseorangan, yang menyangkut masalah-masalah pribadi yang dialami oleh subjek wawancara.
  2. Wawancara kelompok, yaitu wawancara yang dilakukan secara kelompok (lebih dari satu orang).

Menurut sifatnya wawancara dibedakan menjadi:

  1. Wawancara langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang tersebut.
  2. Wawancara tidak langsung, yaitu wawancara yang dilakukan dengan seseorang untuk memperoleh keterangan mengenai orang lain.
  3. Wawancara insidental, yaitu wawancara yang dilakukan sewaktu-waktu bila dianggap perlu.
  4. Wawancara berencana, yaitu wawancara yang dilakukan secara berencana pada waktu yang telah ditetapkan.

Langkah-langkah wawancara:

Pedoman/petunjuk wawancara secara garis besar sebagai berikut:

  1. 1.      Persiapan:
    1. Menentukan tujuan.
    2. Menetapkan bentuk pertanyaan
    3. Menetapkan responden yang diperkirakan sebagai sumber informasi.
    4. Menetapkan jumlah responden yang akan diwawancarai.
    5. Menetapkan jadwal pelaksanaan wawancara.
    6. Mengadakan hubungan dengan responden.
    7. 2.      Pelaksanaan:
      1. Memilih pertanyaan-pertanyaan yang benar-benar terarah dan dibutuhkan dalam rangka mengumpulkan informasi.
      2. Mengadakan wawancara
      3. 3.      Penutup:
        1. Menyusun laporan wawancara secara sistematis.
        2. Mengadakan evaluasi tentang pelaksanaan wawancara.
        3. Mengadakan diskusi tentang hal-hal yang dianggap penting dari pelaksanaan wawancara.

Keterbacaan

Definisi

  1. 1.      Depdikbud (2008)

Keterbacaan adalah perihal dapat dibacanya teks secara cepat, mudah dimengerti, dipamahi, dan mudah pula diingat.

  1. 2.       Menurut Echols dan Shadily (1990)

Keterbacaan atau readable/ks/ berarti”dapat dibaca”.

  1. 3.      Menurut Cowie dalam Sulastri (2010)

Keterbacaan diistilahkan read-able/adj/ dan atau read-ab-il-ity/n/ yang berarti dapat dibaca dengan mudah dan nyaman.

  1. 4.      Menurut Harimurti Kridalaksana (1994)

Keterbacaan adalah taraf dapat tidaknya suatu karya tulis dibaca oleh orang yang mempunyai kemampuan membaca yang berbeda-beda.

  1. 5.      Menurut Richards, J. Et al dalam Nababan (2007)

Keterbacaan adalah sesuatu yang merujuk pada seberapa mudah teks tulis dapat dibaca dan dipahami oleh pembaca.

Contoh pedoman wawancara untuk mengetahui keterbacaan soal:

Pedoman Wawancara Siswa

Nama interviewer: _______________________

Waktu Wawancara : _______________________

No Pertanyaan Jawaban/Deskripsi
1. Apakah kamu mengetahui apa yang ditanyakan dalam soal ini?
2. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam membaca soal ini?
3. Kesulitan apakah yang kamu alami dalam membaca soal ini?
4. Apakah ada bagian dari soal ini yang belum kamu mengerti artinya atau maksudnya?
5. Adakah kata-kata dalam soal ini yang belum kamu ketahui arti atau maksudnya? Jelaskan!

Kesimpulan hasil wawancara:

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

Respons

Definisi respons

  1. 1.      Menurut Depdikbud (2008)

Respons adalah tanggapan, reaksi dan jawaban.

  1. 2.      Menurut Sarlito (1987)

Respons adalah setiap tingkah laku yang merupakan tanggapan/balasan terhadap stimulus.

  1. 3.      Menurut Mar’ar dalam Dar (2011)

Respons merupakan reaksi akibat penerimaan stimulus, dimana stimulus adalah berita, pengetahuan, informasi, sebelum diproses atau diterima oleh indranya.

  1. 4.      Menurut Berlo (1960)

Respons adalah sesuatu yang dikerjakan oleh seseorang sebagai hasil atau akibat menerima stimulus.

Contoh Pedoman Wawancara Guru:

Pedoman wawancara untuk mengetahui respons guru terhadap pembelajaran Statistika dengan menggunakan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) di kelas VI SD:

Nama Guru : _______________________

Waktu Wawancara : _______________________

No Pertanyaan Jawaban/Deskripsi
1. Apakah pendekatan pembelajaran yang sudah Bapak pakai dalam mengajarkan statistika?
2. Apakah tanggapan Bapak terhadap pendekatan PMRI ini?
3. Apakah ada kendala yang dihadapi dalam menggunakan pendekatan PMRI di kelas?
4. Apakah bapak akan menggunakan pendekatan PMRI lagi pada kegiatan pembelajaran untuk pokok bahasan yang lain?
5. Apakah kesan-kesan Bapak setelah melakukan pembelajaran Statistika dengan menggunakan pendekatan PMRI?

Kesimpulan hasil wawancara:

__________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________________

PORTOFOLIO

Definisi

  1. 1.      Menurut Depdikbud (2008)

Portofolio adalah tas untuk surat-surat.

  1. 2.      Menurut Collins (1992)

Portofolio adalah suatu kumpulan bukti yang dikumpulkan untuk tujuan tertentu dalam waktu tertentu. Bukti ini berupa dokumen yang dapat digunakan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk menyimpulkan mengenai pengetahuan, keterampilan dan atau watak penyusunnya.

  1. 3.      Menurut Ibrahim dalam Nur (2002)

Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang representative menunjukkan perkembangan dari waktu ke waktu.

  1. 4.      Menurut Paulson (1991) dalam Mahanal (2007)

Portofolio adalah kumpulan pekerjaan siswa yang menunjukkan usaha, perkembangan dan kecakapan mereka dalam satu bidang atau lebih. Kumpulan itu harus mencakup partisipasi siswa dalam seleksi isi, kriteria seleksi, kriteria penilaian dan bukti refleksi diri.

  1. 5.       Menurut David dan Roger (2002) dalam Nonika (2005)

Portofolio adalah kumpulan bukti atau keterangan mengenai para siswa atau sekelompok siswa yang menunjukkan kemajuan akademik, prestasi, ketrampilan, dan sikap.

Macam-macam portfolio

Menurut Batzle dalam Pheeney (1999) portofolio dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1.      Portofolio kerja (working), yaitu portofolio yang berisi semua atau hampir semua karya siswa yang sedang dalam perkembangan dan karenanya bisa berisi hasil usaha terbaik dan terjeleknya.

2.      Portofolio pameran (Showcase), yaitu portofolio yang terutama berisi hasil akhir (seperti makalah, laporan proyek, dan contoh-contoh dari upaya terbaik) yang merefleksikan usaha terbaik siswa.

3.      Portofolio evaluasi (evaluative), yaitu portofolio yang berisi semua hasil catatan yang diperlukan oleh guru untuk mengevaluasi siswa dan mungkin berisi lebih dari hasil karya terbaik siswa

Penilaian portofolio adalah suatu metode penilaian berkesinambungan, dengan mengumpulkan informasi atau data secara sistematik atas hasil pekerjaan seseorang.

Kelebihan metode penilaian portofolio

Menurut Grounlund (1998) dalam Rosoni (2001) penerapan portofolio sebagai asesmen memiliki beberapa keuntungan antara lain:

1.      Kemajuan belajar siswa dapat terlihat dengan jelas.

2.      Menekankan pada hasil pekerjaan terbaik siswa dapat memberikan pengaruh positif dalam belajar.

3.      Membandingkan pekerjaan sekarang dengan yang lalu memberikan motivasi yang lebih besar dari pada membandingkan dengan pekerjaan orang lain.

4.      Siswa dilatih kerampilan asesmen sendiri yang mengarah pada seleksi contoh pekerjaan dan menentukan pilihan karya terbaik.

5.      Memberikan kesempatan kepada siswa bekerja sesuai dengan perbedaan individu.

6.      Dapat menjadi alat komunikasi yang jelas tentang kemajuan belajar siswa itu sendiri, orang tua dan pihak lain yang terkait.

Kelemahan metode penilaian portofolio:     

1.      Membutuhkan waktu lama.

2.      Guru yang belum pernah mengetahui penilaian portofolio akan mengalami kesulitan untuk mengimplementasikannya karena portofolio memiliki dasar filosofis yang berbeda dengan penilaian pada umumnya.

3.      Metode penilaian portofolio menuntut kepekaan guru dalam mengamati kualitas artistik karya siswa.

4.      Bila kondisi siswa tidak terbiasa dengan berpendapat di depan kelas atau tidak terbiasa membuat catatan jurnal mengenai karya-karya yang diciptakannya maka akan menghambat proses penilaian portofolio.

Bentuk-bentuk penilaian portofolio:

1.      Catatan anekdot, yaitu berupa lembaran khusus yang mencatat segala bentuk kejadian mengenai perilaku siswa, khususnya selama berlangsungnya proses pembelajaran. Lembaran ini memuat identitas yang diamati, waktu pengamatan, dan lembar rekaman kejadian.

2.      Ceklis atau daftar cek, yaitu daftar yang telah disusun berdasarkan tujuan perkembangan yang hendak dicapai siswa.

3.      Skala penilaian yang mencatat isyarat kemajuan perkembangan siswa.

4.      Respons-respons siswa terhadap pertanyaan.

5.      Tes skrining yang berguna untuk mengidentifikasi keterampilan siswa setelah pengajaran dilakukan, misalnya: tes hasil belajar, PR, LKS, laporan kegiatan lapangan.

Penerapan Portofolio

Manoy (2001) dalam Mahanal (2007) terdapat tiga langkah dalam menerapkan portofolio yaitu:

1.      Persiapan yang meliputi:

a.      Menentukan jenis portofolio yang akan dikembangkan.

b.      Menentukan tujuan penyusunan portofolio.

c.       Memilih kategori-kategori pekerjaan yang akan dimasukkan portofolio.

d.      Meminta siswa untuk memilih tugas-tugas yang akan dimasukkan dalam portofolio.

e.      Guru mengembangkan rubrik untuk penyekoran pekerjaan siswa.

2.      Mengatur portofolio:

Pengembang mengatur portofolio selama satu cawu atau satu semester (sesuai kesepakatan). Siswa menyelesaiakan tugas-tugas (dokumen) dan mereka harus tahu bahwa semua tugas atau beberapa tugas tersebut akan dijadikan bukti dalam portofolio. Tugas-tugas yang dijadikan dokumen harus sesuai dengan tujuan portofolio kemudian ditata dan diorganisir sesuai dengan ciri khas pribadi masing-masing.

3.      Pemberian nilai akhir portofolio:

Portofolio yang sudah lengkap dan diorganisir dengan baik diberi nilai (nilai akhir portofolio). Menurut Hibbard (1999) selain isi portofolio yang dinilai juga selayaknya menilai kelengkapan portofolio yang meliputi pemberian sampul, nama pengembang dan perencana siswa dan guru), daftar isi serta refleksi diri.

Contoh portofolio:

Mata Pelajaran: Matematika

Kelas/semester:VI (enam)/Gasal

Sekolah            :SD Pusri, Palembang

Langkah-langkah penyusunan portofolio

1.      Persiapan

a.      Jenis portofolio yang akan dikembangkan adalah portofolio individu.

b.      Tujuan penyusunan portofolio adalah untuk mengetahui gambaran perkembangan siswa tentang materi statistika, mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa, serta mengetahui perkembangan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas matematika untuk materi statistika.

c.       Kategori-kategori pekerjaan yang akan dijadikan dokumen bukti portofolio adalah hasil kerja LKS, kliping, hasil tes ulangan harian materi statistika, dan pernyataan refleksi diri.

d.      Pengembangan rubrik untuk menilai pekerjaan siswa dan memutuskan bagaimana menilai portofolio yang sudah lengkap dan terorganisasi dengan baik.

e.      Menjelaskan kepada siswa keempat poin di atas.

2.      Mengatur portofolio

a.      Siswa mengembangkan portofolio selama pembelajaran materi statistika. Tugas-tugas yang akan dijadikan bukti dalam portofolio seperti LKS, tes ulangan harian, kliping dimasukkan dalam map plastik. Setiap bukti yang dikumpulkan harus diberi tanggal dan siswa diminta untuk menata dan mengorganisir tugas-tugas yang sudah terkumpul tersebut dilengkapi dengan sampul dan diberi identitas, serta daftar isi.

b.      Penilaian akhir portofolio meliputi isi yang mengacu pada rubrik yang dikembangkan serta kelengkapannya.

3.      Rubrik Skoring Kliping

Kliping harus memenuhi ketentuan:

a.      Tanggal pembuatan

b.      Judul kliping sesuai tema.

c.       Bibliografi (sumber, nama penulis, tanggal dan tahun)

d.      Analisis kritis/komentar.

Rubrik skor kriteria

Skor Kriteria Keterangan
1 Sangat kurang Judul kliping tidak sesuai tema, bibliografi tidak lengkap (salah), tidak terdapat satu atau dua ketentuan (“a atau b”).
2 Kurang Judul kliping tidak sesuai tema, bibliografi lengkap dan benar, tidak terdapat satu ketentuan (“a atau b”)
3 Cukup Judul kliping sesuai tema, bibliografi tidak lengkap (salah), tidak terdapat satu ketentuan (“a atau b”).
4 Baik Judul kliping sesuai tema, bibliografi lengkap dan benar, tidak terdapat satu ketentuan (“a atau b”)
5 Sangat baik Judul kliping sesuai tema, bibliografi lengkap dan benar, analisis kritis benar, memuat tanggal dan pembuatan kliping

Rubrik Skoring Refleksi Diri

Refleksi harus memenuhi kriteria:

  1. Tanggal penulisan refleksi
  2. Konsep yang sudah dipelajari
  3. Hal yang ingin dipelajari lebih lanjut
  4. Hal yang paling disukai dengan alasannya.
  5. Hal yang ingin dipelajari di masa akan dating dengan alasannya.

Rubrik Skor Kriteria

Skor Kriteria keterangan
1 Sangat kurang Hanya menuliskan satu atau dua ketentuan dari lima ketentuan yang harus ada (a, b, c, d, dan e)
2 Kurang Tidak menuliskan tiga ketentuan dari lima ketentuan yang harus ada (a, b, c, d, atau e)
3 Cukup Tidak menuliskan dua ketentuan dari lima ketentuan yang harus ada (a, b, c, d, atau e)
4 Baik Tidak menuliskan salah satu ketentuan dari lima ketentuan yang harus ada (a, b, c, d, atau e)
5 Sangat baik Menuliskan tanggal, konsep yang sudah dipelajari, hal yang ingin dipelajari lebih lanjut, hal yang paling disukai dengan alasannya, hal yang ingin dipelajari pada masa akan datang dengan alasannya.

Lembar Observasi Keaktifan Siswa

Aspek yang diamati    : Keaktifan siswa

Materi Pelajaran        : Statistika

Tanggal/hari               :

Nama siswa                 :

Berilah tanda checklist pada deskriptor yang muncul!

Skor kriteria Keterangan deskriptor
1 Sangat kurang Mau mengajukan pertanyaan tentang materi/konsep yang belum dimengerti
2 Kurang Mau berdiskusi dan bekerjasama
3 Cukup Mau menjawab pertanyaan guru/teman
4 Baik Mau mengemukakan ide-ide
5 Sangat baik Mau melaporkan hasil kerja kelompok tanpa ditunjuk

Konversi skor LKS dan ulangan harian

Skor Kriteria Keterangan nilai LKS dan tes ulangan harian
1 Sangat kurang Mendapatkan nilai 0-40
2 Kurang Mendapatkan nilai 40-54
3 Cukup Mendapatkan nilai 55-69
4 Baik Mendapatkan nilai 70-84
5 sangat baik Mendapatkan nilai 85-100

Nilai akhir portofolio mata pelajaran Matematika materi statistika SD Pusri Palembang

Nama  :

Kelas    :

No. Uraian Skor
I Isi dokumen
LKS
Kliping
Ulangan harian
Aktivitas
II Kelengkapan
Refleksi diri
Sampul dan kerapian
Total

Refleksi Akhir Pembelajaran:

Nama  :

Kelas    :

Ingat kembali mengenai seluruh tugas yang telah kamu selesaikan. Apa saja yang telah kamu pelajari selama mengerjakan tugas tersebut?

Jawabanmu:

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Apakah kamu ingin mempelajari lebih lanjut?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Diantara hal-hal yang ingin kamu pelajari tersebut, manakah yang paling istimewa bagimu?

Jawabanmu:

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Mengapa?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Hal apa yang ingin kamu pelajari secara lebih mendalam di masa yang akan datang?

Jawabanmu:

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Mengapa?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

 

 

 

 

 

 

 

WALKTHROUGH

 

Definisi

Menurut Nieveen (1999):

Walkthrough adalah suatu cara untuk mengevaluasi atau memvalidasi suatu prototype atau rancangan yang dilakukan oleh ahli pada bidangnya secara langsung sehingga terbentuk interaksi yang memandu pada perbaikan prototype, atau diskusi.

Bila yang divalidasi adalah bahan ajar maka dilakukan lembar perlembar.

Bila yang divalidasi adalah software atau web maka validasi silakukan slide per slide.

Kelebihan walkthrough:

Ada interaksi langsung antara pengembang dengan ahli sebagai validator sehingga perbaikan lebih mudah dilakukan.

Kekurangan walkthrough:

Diperlukan waktu yang khusus karena harus mempertemukan dua pihak untuk melakukan validasi.

Contoh lembar pertanyaan untuk walkthrough:

PETUNJUK PENILAIAN BAGI AHLI YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGEVALUASI

BAHAN AJAR (STUDENT MATERIALS)

Pendahuluan:

  1. Tujuan dari peninjauan (review) ini adalah untuk mendapatkan informasi tentang kevalidan dari pengembangan bahan ajar berdasarkan pendekatan Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI).
  2. Kegiatan ini akan berlangsung selama 30 menit.
  3. Hasil dari kegiatan ini akan digunakan oleh pengembang untuk meningkatkan isi (content) dari prototype selanjutnya.
  4. Pertanyaan-pertanyaan berikut ini akan ditujukan kepada profesor X and Profesor Y sebagai ahli dalam bidang PMRI untuk mengevaluasi kevalidan dari bahan ajar berdasarkan pendekatan PMRI.

Pertanyaan:

  1. Apakah kriteria-kriteria umum dari bahan ajar yang valid?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  1. Dari bahan ajar yang sudah dikembangkan, bagian manakah yang bisa dikategorikan sebagai bahan ajar yang sesuai dengan PMRI? Jelaskan!

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  1. Apa pendapat Profesor tentang “traditional konteks” yang digunakan dalam bahan ajar ini?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  1. Apakah konsep matematika yang digunakan dalam bahan ajar ini jelas?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  1. Menurut Profesor, apakah bagian paling lemah dan paling kuat dari bahan ajar ini jika ditinjau dari sudut pandang PMRI?

……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

  1. Saran-saran untuk perbaikan atau perubahan terhadap

a)      Bahan ajar:

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

b)      Teori tentang PMRI?

………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

Terima kasih atas kerja samanya.

Reviewer,

Profesor

Diadaptasi dari Zulkardi (2002)

DAFTAR PUSTAKA:

Berlo, D. 1960. The Process of Communication: An Introduction to Theory and Practice. New York: Holt, Reinhart, and Winston.

Collins, Angelo. 1992. Portofolio for Science Education: Issues in Purpose, Structure, and Authenticity. Science Education 76(4): 451-463.

Cowie. 1989. Oxford Advanced Learner’s Dictionary. Dalam Sulastri, Isna. 2010. Keterbacaan Wacana dan Teknik Pengukurannya. http://uniisna.wordpress.com/author/uniisna/page/2/

Depdikbud. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Dar. 2011. Pengertian (Definisi) Respons. http://dhar321.blogspot.com/2011/04/pengertian-definisi-respon-mas-dhar.html

Echols, John M. dan Shadily, Hassan. 1990. An Indonesian-English Dictionary. Jakarta: Gramedia.

Hibbard, K. Michael. 1999. Performance Assessment in the Classroom. New York: Mc Graw Hill.

Keats, Daphne M. 2000. Interviewing A Practical Guide for Students and Professional. Adelaide: Open University Press.

Koentjoroningrat. 1991. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: Gramedia.

Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata Dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia

Lexy, Moleong J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mahanal, Susriyati. 2007. Portofolio Sebagai Asesmen Otentik. http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/07/portofolio-sebagai-asesmen-otentik/

Nieveen, Nienke. 1999. Protopyping to Reach Product Quality. In Akker, J. Designing Approaches and Tools in Education and Training.Dordrecht-Boston-London: Kluwer Academic Publisers.

Nonika, Vera, dkk. 2005. Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Biologi pada Materi Lingkungan Hidup di Kelas I-6 SMAN Mojosari, Mojokerto. Proseding Seminar Nasional MIPA dan Pembelajarannya dan Exchange Experience of IMSTEP. Malang: Universitas Negeri Malang 5-6 September.

Paulson, F Leon, Pasrl R & Meyer, Carol A. 1991. What Makes a Portofolio? Eight Thoughtful Guidelines Will Help Educators Encourage Self-Directed Learning. Educational Leadership. Februari 1991. Dalam Mahanal, Susriyati. 2007. Portofolio Sebagai Asesmen Otentik. http://lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/07/portofolio-sebagai-asesmen-otentik/

Pedoman Wawancara. http://www.infoskripsi.com/Tip-Trik/Pedoman-Wawancara.html. Diakses pada tanggal 13 April 2011.

Pheeney, Pierette. 1998. A Portfolio Primer. Helping Teachers make the most of this Assessment Tool. The Science Teacher. Oktober: 36-39.

Polson, Peter G. 1999. The Cockpit Cognitive Walkthrough. http://human-factors.arc.nasa.gov/ihi/research_groups/air-ground-integration/publication_papers/Sm1999-CockpitWalk.pdf

Richard, J. Et al. 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. Dalam Nababan. 2007. Aspek Genetik, Objektif, dan Afektif dalam Penelitian Penerjemahan. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/2%20adrean_nababan_uns.pdf.

Rosoni, E. 2001. Portofolio dan Paradigma Baru dalam Penilaian Matematika. http://www.pdk.go.id/Publikasi Buletin/pppg, tertulis/-08
2001/Portofolio paradigma Baru. Htm. Diakses pada tanggal 14 April 2011.

Sarlito, Sarwono. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

Susilo, Herawati dan Siti Zubaidah. 2011. Asesmen Portofolio dalam Pembelajaran Matematika dan Sains. http://muhammadalmustofa.wordpress.com/2011/04/03/asesmen-portofolio-dalam-pembelajaran-matematika-dan-sains1/#comment-9

Teknik Wawancara Referensi. http://iiangzceiidifa.wordpress.com/2009/12/02/teknik-wawancara-referensi/ Diakses pada tanggal 13 April 2011.

Wawancara ( Interview ). http://wimamadiun.com/materi/siscabk/MATERI10.pdf. Diakses pada tanggal 13 April 2011.

Zukardi. 2002. Developing a Learning Environment on Realistic Mathematics Education for Indonesian Student Teachers. Enschede: Print Partners Ipskamp.


Leave a comment

Categories